BERUBAH DIANTARA PERUBAHAN I

KASIH KARUNIA MEMBUAT KITA BERUBAH

TERGILA-GILA PADA YESUS

KEHIDUPAN YANG BERBUAH

CINTA YANG MEMBANGUN

Cinta yang membangun tidak berjalan meraba-raba dalam ekbutaan. Kita tahu apa yang benar dan apa yagn salah; kita tidak bisa membedakan antara apa yang baik dan apa yang jahat. Sebaliknya, dalam cinta yang menghancurkan, kita tidak dapat membedakan keduanya. Semua diukur dari sudut kepentingan, selama kepentingan terpenuhi, maka semuanya menjadi benar dan baik. Tidak demikian dengan cinta yang membangun. Kita tahu benar- salah dan baik buruk: mana yang menjadi kehendak Tuhan dan mana yang tidak berkenan di hati Tuhan. Tidak peduli berapa besarnya cinta, kita tetap berpijak pada kebenaran. Kendati kita diuntungkan, jika ia salah, maka ia tetap salah.

Cinta yang membangun mempertimbangkan kepentingan orang yang kita kasihi sehingga kita tidak mau berbuat semaunya dan tidak bersedia mengeruk keuntungan di atas kerugian orang. Kita berhati-hati dengan diri sendiri sebab kita menyadari bahwa kita pun berpotensi menginjak kepentingan orang guna memperoleh apa yang kita inginkan. Kita tidak membiarkan kecenderungan ini berkembang biak sebab kita tahu, sekali kita lepaskan, maka selamanya kita terjerat dalam hubungan yang tidak adil.

MELINDUNGI

Firman Tuhan menegaskan bahwa kasih menutupi segala sesuatu. Kata “menutupi” di sini bermakna “melindungi”. Jadi firman Tuhan mengajarkan bahwa kasih melindungi segala sesuatu. Pertanyaannya adalah, apakah yang dilindungi oleh kasih ? cinta kasih melindungi orang yang dikasihi dan hubungan kasih itu sendiri.

Cinta yang membangun adalah cinta yangmelindungi hubungan kasih itu sendiri. Banyak orang dapat memulai hubungan kasih, namun sayangnya tidak terlalu banyak yang bisa melindungi-nya. Dengan berjalannya waktu, kita semakin sembarangan dan tidak menghargai hubungan itu. Kita mulai menyia-nyiakannya sebab kita beranggapan bahwa hubungan itu akan tetap kuat. Kita tidak merawatnya dan membiarkannya sendirian.

Sama seperti tanaman, hubungan kasih juga memerlukan perawatan. Tanpa perawatan sebuah hubungan akan mati atau bertumbuh liar, tidak terurus. Saya telah melihat begitu banyak hubungan nikah yang pada akhirnya kering dan rusak karena tidak cukup dirawat. Pertengkaran berlimpah ruah sebab segala sesuatu berkembang menjadi kesalahpahaman, bak tanaman yang bertumbuh liar. Sebagian hubungan, bak dahan yang kering karena tidak mendapat siraman perhatian, akhirnya mudah terbakar dan patah. Masalah sekecil apa pun cukup kuat untuk menyulut api kemarahan dan membuat sebuah hubungan rapuh dan layu. Itu sebabnya sebuah hubungan perlu dilindungi agar tidak kering dan mati.

Cinta yang membangun melindungi orang yang kita kasihi. Kita menjaganya darihinaan atau cercaan orang. Kita menlindunginya dari bahaya yang mengintip, kita melindunginya sebab kita mengasihinya. Kita tidak ingin melihat hal yang buruk terjadi padanya, oleh sebab itu kita memagarinya baik-baik. Bak permata, kita menyayangi dan memperlakukannya dengan penghargaan yang dalam.

MEMPERCAYAI

Firman Tuhan mengatakan bahwa kasih selalu mempercayai. Tuhan tahu bahwa kita tidak selalu berhasil menepati janji, namun dia selalu percaya kepada kita. Sewaktu kita datang kepada-Nya dengan pertobatan, Dia selalu siap menerima dan memberi kepercayaan kembali kepada kita. Inilah kasih dan seperti inilah seharusnya kita mengasihi.

Kasih tidak dapat bersanding dengan kecurigaan. Begitu kita kehilangan kepercayaan, maka kita kehilangan kasih. Itu sebabnya kita tidak dapat mengatakan bahwa kita mengasihi Tuhan bila kita tidak mempercayai-Nya; sebaliknya, kita tidak bisa mengklaim bahwa kita percaya kepada-Nya jika kita tidak mengasihi-Nya. Keduanya adalah dua sisi dari satu koin yang sama.

Cinta yang membangun adalah cinta yang mempercayai orang yang kita kasihi. Kita percaya akan kejujurannya, ketulusannya, kesetiaannya, dan kasihnya kepada kita. Cinta yang mempercayai berangkat dari kacamata yang positif, bukan negatif. Kita tidak sembarangan menuduh karena kita berangkat dari percaya dan kepercayaan dalam membangun hubungan. Tatkala kita dipercaya, kita merasa berharga dan sebagai balasan, kita semakin ingin dipercaya dan semakin bersemangat dalam melakukan hal-hal yang positif. Alhasil, hubungan bertambah kuat dan cinta pun semakin berakar.

Cinta yang menghancurkan berangkat dari kecurigaan karena memaksa untuk mendapatkan apa yang diinginkannya. Itu sebabnya cinta yang menghancurkan selalu berlatar kecurigaan karena di dalamnya terkandung sebuah ketakutan. Kita takut kehilangan orang yang dapat membuat kita bahagia; kita takut dikhianati dan dilukai; kita takut kehilangan makna hidup bila ia pergi meninggalkan kita.

Karena takut maka kita berjaga-jaga dan isi dari berjaga-jaga adalah kecurigaan. Itu sebabnya dalam cinta yang menghancurkan kita tidak pernah mengalami kemerdekaan sejati. Ia selalu mengawasi dan menjaga kita; ia senantiasa mencurigai kita sebab kecurigaan adalah alat untuk memantau perbuatan kita. Ketakutan melahirkan kecurigaan dan pada akhirnyakecurigaan menghancurkan hubungan cinta.

BERHARAP

Firman Tuhan mengajarkan bahwa kasih selalu berharap. Oleh karena Tuhan mengasihi kita, maka Dia selalu berharap bahwa kita akan menyambut uluran tangan-Nya. Itulah sebabnya dia tidak pernah berhenti memanggil kita, orang yang berdosa

Cinta yang membangun adalah cinta yang berisikan harapan karena di dalam cinta yagn membangun selalu tersedia keinginan untuk melihat perubahan dan pembaruan pada diri orangyang kita kasihi. Kita menyadari segala kelemahan dan ketidaksempurnaannya, namun kita terus berkeinginan untuk melihatnya dalam kondisi yang lebih baik. Saya teringat Monika, ibunda dari Agustinus, salah seoragn teolog Kristen yang berpengaruh. Kendati sebelum pertobatannya Agustinus hidup bergelimang dalam dosa, namun Monika tidak pernah berhenti berdoa untuk putranya. Monika berdoa sebab ia berharap dan pada akhirnya doanya dikabulkan oleh Tuhan. Agustinus bertobat dan menjadi seorang manusia yang baru. Itulah cinta yang membangun: cinta yang ingin melihat diri yang terbaik pada orang yang kita cintai.

Cinta yang membangun tidak mudah kehilangan harapan sebab dasarnya dalam dan kuat. Dasar cinta yang membangun aalah memberi dan berkorban; itulah sebabnya cinta yang membangun tidak mudah goyah meski angin mengguncangnya. Cinta yang menghancurkan tidak memiliki fondasi yang dalam dan kuat karena dasarnya adalah kebahagiaan pribadi, bukan memberi dan berkorban. Dengan kata lain, cinta yang menghancurkan mudah patah sebab isinya adalah menerima; tatkala tidak ada lagi yang diterima, maka pupuslah harapan. Sebaliknya, di dalam memberi selalu ada kekuatan karena tanpa menerimapun, kita tetap dapat memberi

Tuhan dapat berharap karena Dia tidak tergantung oleh perbuatan kita. Dia terus memberi karena pemberian-Nya tidak didasarkan atas apa yang diterimaNya dari kita. Kendati menerima sedikit atau bahkan tidak sama sekali, Dia tetap memberi. Kekuatan-Nya untuk memberi berasal dari kasih-Nya yang tidak terbatas. Jika kita memiliki kasih yang membangun, kita tidak bergantung pada penerimaan. Meski menerima sedikit, kita tetap dapat menerima banyak.

Cinta yang membangun melihat bagian terbaik dari orang yagn kita kasihi; sebaliknya, cinta yang menghancurkan hanya melihat bagian terbaik dari diri kita sendiri. Kita luput melihat pasangan kita, apalagi bagian terbaiknya, karena terlalu sibuk melihat diri sendiri. Harapan dalam cinta yang menghancurkan hanyalah berisikan pertanyaan, “Apa yang dapat kauberikan kepadaku?” Di dalam cinta yang membangun harapan berisikan jawaban, “Kau sudah memberikannya kepadaku.”

BERSEDIA MENDERITA UNTUK DIA

Firman Tuhan mengajarkan bahwa kasih sabar menanggung segala sesuatu Dengan kata lain, di dalam kasih ada ketabahan dan ketangguhan. Tuhan Yesus telah membuktikan Kaasih-Nya melalui penderitaan-Nya di atas kayu salib. Dia tabah dan terus bertahan dalam kesakitan-Nya sebab Dia mengasihi kita. Kasih membuat-Nya kuat dan tangguh, bahkan dalam kesengsaraan yagn amat sangat.

Cinta yang menghancurkan tidak sabar menanggung kesakitan sebab tuuannya hanyalah satu yakni kenikmatan. Begitu kenikmatan berhenti, maka berhenti pulalah cinta. Selama cinta masih memberi kepuasan, selama itu pulalah hubungan berlangsung. Begitu hubungan tidak lagi berbuah manis, dengan cepat kita bergegas menebang pohon hubungan cinta. Itulah akhir dari cinta yang menghancurkan.

Sebaliknya, cinta yang membangun tahan dan tangguh sebab tujuan akhir cinta tidak pernah berupa kepuasan dan kenikmatan pribadi. Kita mencintai karena ingin memberi dan di dalam memberi kita menemukan kekuatan untuk bertahan. Mungkin ia tidak seindah dahulu, tidak sekuat dahulu, tidak sesukses dahulu, tidak semuda dahulu, tidak memuaskan seperti dahulu, namun ia adalah orang yang kita cintai. Kepadanya kita telah berkomitmen untuk memberi apa yang terbaik dan melihat apa yang terbaik pada dirinya. Kita bersedia berkorban dan tidak memperoleh apa yang kita dambakan sebab kita tahu bahwa kita ada di dalam hubungan ini untuk memberi, bukan menerima.

Tuhan yesus berkata bahwa Dia datang untuk melayani bukan untuk dilayani, bahkan untuk memberkan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang (Mat. 20:28). Itu sebabnya Dia kuat menanggung segala sesuatu. Dia masuk ke dalam hubungan dengan manusia berdasarkan satu tujuan yang jelas untuk melayuani. Pada waktu kita mulai bepikir bahwa kita datang untuk mendapatkan, pada saat itu pulalah kita dan cita mulai melemah. Cinta yang membangun adalah cinta yang kuat karena datang untuk melayani bukan untuk dilayani.